Bersama Sukses

pengetahuan rakyat adalah kekayaan bangsa yang tak ternilai

header photo

 

Menyergap Buaya Menuai Kadal Bengek

REKIBLIK ETEKEWER XII – MENYERGAP BUAYA MENUAI KADAL BENGEK

Kamu kok sepertinya serius banget tho ngger... seraya tersentak kaget cucunya menoleh kearah asal suara, ooo... Simbah sampun wangsul tho, kulo kinten tasih wonten sabin (ooo...simbah sudah pulang tho, saya kira masih di sawah), dengan bahasa kromonya sebagai bentuk penghormatan kepada yang lebih tua. Cuma ngecek saluran air saja kok ngger, jadi ya cuma sebentar sudah selesai. Lha itu kamu kok serius banget memangnya ada informasi penting apa tho?... itu lho Mbah tentang menyergap buaya menuai kadal bengek

Biasa tho Mbah lagi menyimak warta berita, mengenai pernyergapan buaya jahat yang menghebohkan seantero negri Rekiblik Etekewer di daerah Nengpanggung. Lha bagaimana, dapat nggak buayanya? lha itu Mbah yang jadi masalahnya... Lho kok malah penyergapannya jadi masalah, gimana tho ngger maksudnya.

Penyergapan suatu obyek target itu khan membutuhkan sebuah persiapan yang matang tho Mbah, agar pada saat pelaksanaan nanti si obyek tidak terlepas, baik peralatan, informasi, kesiapan dan kesigapan personal, dan semua faktor-faktor yang dianggap menunjang serta dibutuhkan. Lha iya...terus... Simbah tampak semakin antusias menyimak penjelasan cucunya. Karena obyek target merupakan obyek yang besar dan berbahaya, maka persiapannya tidak main-main Mbah, bahkan waktu yang dibutuhkanpun tidak tanggung-tanggung sampai puluhan jam dengan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Terus... Simbah dengan penasarannya bertanya, wach Simbah ini teras terus aja tho... Lha khan penjelasanmu belum selesai tho ngger, he...he... iya Mbah belum selesai.

Terus masalahnya njuk berubah jadi dagelan topeng Mbah... lhadalahh.. maksudmu piye tho ngger, sebuah persiapan yang besar dan matang kok bisa berubah jadi dagelan topeng ini bagaimana?... Lha bagaimana lho Mbah, berita yang merebak ke seantero negri mengenai penyergapan buaya jahat, lha kok rupanya malah dapat satu kadal bengek, wach ra cucuk Mbah (nggak sesuai), lha apa nggak dagelan topeng itu namanya Mbah. Akhirnya malah jadi anti klimak dan membuahkan tanda tanya para kawulo tho Mbah. Weehh..sek..sek.. ngger, tadi kamu bilang apa ngger antimak opo apa tadi ngger...anti klimak Mbah... ya..ya.. itu artinya apa?.. bahasa mudahnya titik balik Mbah, alias di bawahnya nol aja wes, lha nyebahi jeee.... (menjengkelkan). Lho kok malah kamu jadi uring-uringan gitu tho le, lha Simbah itu ingin penjelasan jeee....

Lha bagaimana tidak jengkel Mbah, kawulo sudah demikian mengharapkan agar buaya berbahaya yang selama ini mengganggu ketentraman kawulo itu dapat segera ketangkap, menanti dengan penuh harap bahkan ada yang membantu doa untuk para aparat agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan lancar, bahkan tidak sedikit kawulo yang turut menyaksikan kejadian dramatis tersebut. Demikian besarnya biaya yang dibutuhkan untuk operasi penyergapan itu, semua itu dibiayai oleh dana poro kawulo Mbah, besarnya wwuuuiiihhh... nggak tanggung-tanggung Mbah, karena semua bisa dihitung, mulai dari lama waktu, jumlah amunisi yang dilontarkan dan sebagainya. Bahkan ada kawulo yang berkomentar saat menyaksikan waktu itu seperti perang saja, letusan demi letusan dan gempuran dahsyat bertubi-tubi, pokoknya heboh lah Mbah. Lokasinya merupakan daerah terpencil yang jauh dari keramaian, memberikan keleluasaan tersendiri, sampai-sampai rumah yang digempur sudah tidak berbentuk lagi alias hancur cur..cur... Adegannya seperti berperang melawan sepasukan orang-orang hebat perang saja.

Demikian dianggap berbahayanya itu buaya yang jadi target sehingga tidak lagi menggunakan tehnik-tehnik pendahuluan penyerangan seperti penggunaan bom asap atau gas air mata atau bom cahaya. Pokoknya begitu komando serangan turun langsung seperti perang kejadiannya, lha gimana nggak wong tembok aja dihujani amunisi yang bertubi-tubi, padahal ini khan sebuah pemborosan yang tidak perlu, apa ya tidak ada tehnik dan strategi lain, apa mungkin harus belajar lagi supaya lebih mumpuni kepada yang sudah berpengalaman?... mbuhlah Mbah.

Dari kacamata awam, kalau tidak salah yang namanya sniper atau penembak jitu itu punya motto satu peluru dua nyawa, artinya demikian berharga sekali itu peluru, dan hanya digunakan pada saat yang sangat tepat dengan target yang mematikan, lha ini katanya sniper tapi yang dihujani kok malah tembok, pripun jal Mbah. Iya kalau dapatnya benar buaya yang dimaksud, lha ini ternyata cuma satu kadal bengek jee... Simbah sambil mengangguk-angguk menyimak celoteh cucunya...

Kawulo jadi bertanya-tanya, itu penyergapan apa nggrebek adu ayam tho?, persiapan yang sedemikian rupa teliti dan hati-hati penuh kecermatan lha kok pelaksanaannya cenderung ngawur alias mbelgedhes gitu, seperti bikin sinetron aja. Kerja keras telik sandi (intel) dengan informasinya yang patut diacungi jempol seakan-akan menjadi sia-sia. Padahal kalau dilihat dari lokasi target sangat memberikan keleluasaan dan keuntungan besar bagi aparat. Rumah yang terpencil lokasinya, jauh dari keramaian, letaknya di bawah, tanpa sandera dan sebagainya merupakan beberapa kemudahan dan faktor keuntungan bagi petugas.

Melihat adegan sinetron itu, kawulo jadi kilas balik dan teringat pada sebuah upaya heroik pembebasan sandera dari pesawat Wohyaa yang dibajak oleh beberapa orang pembajak. Tingkat kesulitan dan kerumitannya yang amat sangat jauh lebih tinggi dibandingkan grebekan kadal kemarin. Pesawat merupakan sebuah ruang yang sempit, rawan terjadi sebuah ledakan, dipenuhi oleh penumpang yang dapat dijadikan target sandera pembajak dengan leluasa dan setiap saat bisa saja jadi korban, lokasi yang jauh di negri orang, dan sebagainya. Bisa Simbah bayangkan betapa sangat tipisnya peluang keuntungan, atau bahkan mungkin bisa dianggap tidak ada sama sekali faktor yang bisa menjadi keuntungan di pihak aparat. Hebatnya, semua operasi itu bisa diselesaikan dan berlangsung hanya dalam sekejapan mata beres !!!... pembajak semua mati, sandera semua selamat, sebuah operasi yang acungan jempol saja tidak cukup untuk memujinya. Itu baru namanya operasi penyergapan, tanpa gembar-gembor berita, hasilnya jhos gandhooss, pokok’e huebat Mbah....

Pertanyaannya lha mbok yo sinau dan ngangsu kawruh (belajar dan menimba pengetahuan) pada pasukan yang sudah terbukti jempolan ini, jadi tidak terjadi pembuatan sinetron dramatisasi yang cenderung hanya untuk membangun opini tentang sebuah kehebatan. Kawulo itu sudah pada pinter menilai, jangankan kata hebat yang keluar, kejengkelan dan kritikan yang terlontar malah iya. Atau yang lebih buruk lagi, apakah itu hanya merupakan sebuah skenario yang ujung-ujungnya berkaitan dengan dana dan anggaran?... wach jika seperti itu halnya, lagi-lagi hati kawulo tersakiti karena adanya sebuah pembodohan yang terselubung. Apa yang terjadi di daerah Nengpanggung hendaknya menjadi sebuah catatan kelam untuk tidak terulang lagi. Negri membutuhkan sebuah kesungguhan, kesungguhan dalam menjalankan amanat kawulo, kesungguhan dalam mengemban tugas, kesungguhan dalam melindungi segenap tumpah darah dan kawulo, dan kesungguhan-kesungguhan lainnya, sehingga tidak terjadi lagi Menyergap Buaya Menuai Kadal Bengek

 

 

Go Back

Comment