Bersama Sukses

pengetahuan rakyat adalah kekayaan bangsa yang tak ternilai

header photo

 

TKW Pahlawan Devisa Bernasib Malang

REKIBLIK ETEKEWER IV - TKW PAHLAWAN DEVISA BERNASIB MALANG

(Simpati Untuk Nirmala Bonat, Ceriyati, Siti Hajar & TKW Tersiksa Lainnya atas kebiadaban para majikan)

Lagi-lagi TKW Pahlawan Devisa Bernasib Malang  tak kunjung usai, satu perlakuan yang sangat memiriskan hati kemanusiaan. Ada tanda tanya besar, mengapa sering terjadi perilaku yang bisa dikatakan jauh dari beradab menimpa para TKW yang notabene berangkat dari lingkungan susah secara perekonomian dan kurang secara pemenuhan keintelektualan. Sebagian besar berangkat dari lingkungan pedesaan yang terkenal tidak neko-neko alias tidak berulah macam-macam sehingga cenderung membentuk sosok-sosok manusia yang bisa dikatakan penurut. Lalu apa sebab mereka mendapatkan perlakuan yang tidak layak?... sebuah PR besar bagi para penyelenggara pemerintahan dan ketenagakerjaan.

Simbah sampun dahar?...(simbah sudah makan?), durung le (belum le), rasanya mendadak kenyang, laparnya jadi hilang dan nggak selera lagi, lho memangnya kenapa tho Mbah… padahal lauknya kesukaan simbah lho, sambel korek, goreng tempe dan godong kates (daun pepaya). Ya betul lauk itu kesukaan simbah, tapi saat ini simbah lagi nggak kolu (tidak ketelan) untuk makan.

Cucunya memandang dengan penuh tanya sambil mengerutkan dahi tanda berpikir keras “ada apa ya dengan simbah?...” selidik punya selidik akhirnya mata si cucu tertuju pada lembaran kertas yang di genggam simbah....wach pasti ini sumber biangnya bathin si cucu.  

Simbah ini mendadak nggak selera makan pasti gara-gara koran yang simbah pegang itu ya .... memangnya ada berita apa tho mbah sampai-sampai simbah begitu. Ini lho le...kok ya ada ya mahluk yang disebut manusia yang notabene mahluk ciptaan Gusti Allah paling sempurna dibandingkan ciptaan lainnya justru melakukan perbuatan yang tidak pantas sebagai manusia,  melakukan penyiksaan terhadap pembantu yang bekerja sebagai TKW di negri orang, bahkan bisa dikatakan lebih rendah dari mahluk terendah. Manusia itu hanya pantas disebut manusia jika mampu memanusiakan manusia lainnya, lha kalau tidak..., mau disebut apa?!!!...

Di negri sendiri disia-siakan, padahal ini khan sudah jadi tanggungjawabnya yang mengemban amanat negri tho le. Mengadu nasib kenegri lain agar mendapatkan penghidupan yang layak tersebut eehh malah disiksa, mereka itu juga manusia ciptaan Gusti Allah, sama seperti kita semua, sama-sama memiliki harkat dan martabat untuk mendapatkan penghidupan yang layak, bukan siksa dan penghinaan harkat dan martabat diri !!!.... Semua itu lagi-lagi menimpa para TKW Pahlawan Devisa Negara. Apa Rekiblik Etekewer  & Negri Jaran itu sudah berubah jadi kebun binatang apa le?... apa sudah tidak ada peradaban yang beradab di kedua negri itu, apa sama-sama sudah jadi biadab ya le... Cuma bedanya yang satu terang-terangan yang satunya malu-malu kirek (anak anjing) alias sembunyi-sembunyi... acch podho wae, podho-podho biadab’e kok (ach sama saja, sama-sama biadabnya)

Seorang wanita atau ibu jika harus keluar dari lingkungannya untuk bekerja mencari nafkah demi sesuap nasi berarti penghidupannya memang benar-benar sulit.  Sebagian besar hanya menjadi buruh baik di pabrik, perkebunan, pelayan toko, pembantu rumahtangga dsb, yang nota bene sebagai pekerja level bawah, lha kalau ada satu dua yang di level atas itu pengecualian le, tidak termasuk dalam hal yang simbah maksud. Gaji yang mereka dapatpun tidak cukup untuk biaya hidup sebulan, sekedar bertahan untuk tetap bisa makan, jangan tanya untuk kebutuhan lainnya. Belum lagi banyak peraturan yang tidak memihak mereka, biasalah le dengan dalih yang bermacam-macam, sebetulnya ujung-ujungnya hanya tidak mau keuntungan yang diterima berkurang, ini kalau mau jujur lho le... Lha wong yang di dalam negri Rekiblik Etekewer saja mengalami hal yang seperti ini, apalagi yang di negri lain?... Jasa terhadap  pemasukan devisa pada negri yang jumlahnya tidak sedikit, sampai hitungan triliun lho le tidak dihargai  dengan sepadan menurut pranata dan nilai-nilai kemanusiaan, betapa malang nasib para TKW sebagai pahlawan devisa negri itu ya le... Sudah berapa kejadian yang memilukan dialami oleh para TKW, bahkan ada yang sampai sekarang kasusnya belum selesai, TKW itu juga manusia....

Para tenaga kerja wanita yang di negri sebrang apakah di negri Jaran, negri Onta dsb itu ibarat telur di ujung tanduk le, dikelilingi dengan bahaya jangan tanya masalah bargaining power dan bargaining position bagi mereka... wwuuuiiikkkk simbah kok nglondo (ngasing) gitu mbah bahasanya... ssst menengo tho, simbah lagi serius (sssttt diamlah, simbah lagi serius), pulang tanpa cacat fisik saja sudah syukurnya nggak alang kepalang le, apalagi cacat psikologis.... lha ini malah banyak yang cacat fisik tidak terkira bahkan ada yang pulang bawa anak (diperkosa majikan), ironisnya bahkan ada yang pulang tinggal namanya saja je.... dan sederet hal yang memilukan. Kalau sudah begitu apa bedanya para majikan itu dengan para biadab pelaku pengeboman

Semestinya petinggi di Rekiblik Etekewer harus cerdas, jeli, tanggap, tegas dan berani, tentang segala bentuk bahaya yang mengintai para kawulonya di negri sebrang. Mbok ya o, kalau milih personal pejabat untuk Duto Ageng (dutabesar) dipikirkan masak-masak, pilih orang yang integritas, kredibilitas dan kualitasnya yang sudah teruji dan terbukti jempol, jangan asal milih, padhake ngopyok lotre arisan wae (disamakan ngocok lotre arisan saja). Lha ironisnya banyak yang kasus dan bermasalah di dalam negri malah diberi jabatan di luar, sama saja secara tidak langsung menunjukkan wajah kelas coro (kecoak) di mata luar tho, nek wes ngene seng gendheng sopo?...(kalau sudah begini yang gila siapa?), ini yang namanya dagelan Jogetan Topeng yang nggak ndagel, malah nyebahi.

Duto Ageng (dutabesar) sebagai wakil rakyat negri di tanah orang itu secara tidak langsung wajah negri di mata luar. Sudah seharusnya memilih orang untuk menjabatnya harus orang yang mampu menampakkan wajah negri sebagai bangsa dan negara yang berwibawa, memiliki kedaulatan, harkat, martabat, harga diri dan jati diri sedemikian rupa agar negri dan bangsa lain menghormati dan segan, secara tidak langsung kawulo negri yang ada di negri sebrang tersebut terlindungi dan mendapatkan perlakuan sewajarnya dengan baik.

Para pengurus/petugas yang berurusan dengan  dengan tenaga kerja juga harus dibenahi, berantas habis itu wong-wong nggragas (orang-orang serakah) yang selalu mempersulit dan memungut biaya siluman dalam proses pengurusan ijin dan kelengkapannya untuk bekerja keluar negri, mbok ya sistemnya dirubah supaya bagaimana caranya tingkat bertatap muka antar orang yang perlu dan yang memenuhi keperluan itu supaya seminimal mungkin. Lha kan bisa tho pakai sistem yang kayak kamu biasanya utak-atik seharian sambil mejet-mejet apa itu le namanya?... terus bisa langsung ngurus tanpa harus ketemu. Oo...komputer itu tho mbah... hhesss mbuh pokoke ngono kuilah ( achhh nggak tahu pokoknya begitulah), itu namanya sistem online via komputerisasi mbah... segala sesuatunya serba otomatis dan on line, sek..sek...sek... on line itu apa tho le.. oalah simbah ndesit tenin ki (oalah simbah ini kuper banget nich), online itu bisa diartikan dengan bahasa mudahnya terhubung alias nyambung mbah... jadi bisa dikerjakan darimanapun sudah tersambung kesemua pihak yang terkait, mulai dari ngisi form pendaftaran, form persyaratan sampai dengan pembayaran ke bank juga bisa langsung menggunakan sistem itu, dsb. Praktis, efektif dan efisien...sudah pasti bebas biaya siluman dari para oknum-oknum nggragas (rakus) itu mbah... Lha iya tho le...jika sudah bisa dengan sistem demikian khan enak tho, terjadi efisiensi penggunaan orang, lha orang-orang yang nggak produktif yang notabene membebani anggaran negara khan bisa dikurangi apakah pensiun dini atau apalah istilahnya sesuai sistem yang dijalankan di negri itu, supaya tidak dipenuhi para cakil metakil.

Sehingga pada akhirnya motto ”jika bisa dipersulit mengapa harus dipermudah serta jika bisa diperpanjang mengapa harus dipercepat” dapat dihapuskan dari khasanah istilah suatu proses. Tentunya dengan cara pembersihan para cakil-cakil yang hanya bikin kisruh suatu proses menjadi tidak berjalan alias ruwet.

Orang-orang yang nggak beres alias nggragas tadi dikumpulkan semua kemudian disebar & direlokasi ke pulau-pulau terluar dari negri Rekiblik Etekewer,  biar pulau-pulau tersebut ada penghuninya, agar tidak diusik-usik negri yang suka maling le, lama kelamaan khan pulau-pulau itu akan hidup denyut aktifitasnya sehingga semua potensi sumberdaya alam yang dimiliki dapat tergali dan dimanfaatkan tho... Lha wong benua Kang Guru konon sejarahnya dulu adalah tempat pembuangan para kriminal kelas kakap je, sekarang lihat nyatanya malah makmur le..., tidak mustahil juga tho pulau-pulau yang selama ini tidak berpenghuni jika dihuni bisa memberi kontribusi kemakmuran pada negri Rekiblik Etekewer itu sendiri, mungkin saja tho??... Para pejabat atase wakil negri yang ditempatkan di masing-masing negara tersebut diseleksi secara lebih ketat lagi, jangan sampai yang terpilih kinerjanya seperti pahlawan kesurupan saja.

Makanya le...semua itu tidak terlepas dari pemimpin yang bersih, berani dan tegas namun bijaksana, lha nek pemimpine wae wes dho nggragas yo ojo takon (lha kalau para pemimpinnya saja sudah pada rakus ya jangan tanya...) He...he...he... kok omongannya malah mbleber (merebak) kemana-mana ya le, anggap aja intermezo ya le.... wwwuuuiiikkkk simbah nglondho meneh (ngasing lagi), hayo balik ke topik lagi...    

Wach mbah kalau sudah menyangkut harga diri susah... lho susah bagaimana tho le... lha nggak susah bagaimana, sekarang ini bursa penjualan yang lagi ramai dan paling laris itu bursa jual diri dan mbacot je... coba aja mbah baca itu koran pada halaman yang lain, khan banyak ditemukan orang yang dengan mudah menjual diri dengan obral murah harga diri, mbacot seperti orang ngigau yang penting dapat porsi potongan kue jabatan... lha kalau di dalam negri Rekiblik Etekewer saja sudah begitu bagaimana yang di luar mbah... jangan heran jika Negri Jaran semakin kurang ajar, lha yang dikurangajari malah seneng je...

Lagi-lagi tenaga kerja wanita yang banyak menanggung dampak kesusahannya ya mbah, lagi-lagi orang kecil dan bawah yang harus menumpu petingginya., jangan-jangan bener juga perkiraan simbah, sudah jadi kebun binatang mbah he...he...he.... jika sudah begini harusnya program pembangunan rumak sakit jiwa digalakkan secara besar-besaran ya mbah... lha petingginya pada sakit semua...

Kamu bisa bayangkan le, seorang wanita atau ibu adalah sosok ciptaan yang sangat disayangi oleh Gusti Allah, diberi anugrah hak yang sangat istimewa yaitu mengandung kehidupan. Kehidupan yang dikandungnya kelak menjadi sosok-sosok penentu arah dan wajah peradaban di bumi. Teramat sangat berat le anugrah tanggungjawab yang diembannya... mbok ya oo dihormati dan dimuliakan, bukan malah disiksa dan dihina, apa yang menyiksa tersebut tidak pernah punya ibu ya le... lha kalau tidak punya mbrojolnya (keluarnya) dari mana??!!... Hanya manusia yang mampu memanusiakan manusia saja yang pantas disebut manusia.

Gusti Allah sendiri memerintahkan ”hormatilah ibu bapakmu...” ibu tho diposisi pertama dan didahulukan?.... bukan bapak. Lagi-lagi mbok ya oo... wes pikiren dewe le... (pikirkanlah sendiri le), harapannya tidak lagi terjadi tragedi memilukan TKW Pahlawan Devisa Bernasib Malang. &2y 

 


Go Back

Comment