Satu-satu hamparan coklat terbalik, mengalun irama satu-satu Sesekali terhenti diseling jeda waktu, bertalu dan terus
bertalu
Tangan terangkat peluh terusap, kadang badanmu tegak lalu terbungkuk
Legam kulit tak mengotori api, meski keras tempatmu berpijak
Satu-satu
terlalui dalam kesabaran
Satu-satu terlampaui penuh ketabahan
Tanpa pernah memaki, walau panen tak pasti
Meski keras tempatmu berpijak, penuh batu dan badai tak tentu
Satu-satu
lalui hari
Satu-satu lengkapi waktu
Satu-satu lukisi hidup
Satu demi satu ujur usiamu
Namun semangat tak pernah luntur, hingga genap di liang kubur --&2y--
(sebuah rekaman buat saudara-saudaraku, petani dipegunungan kapur, Dlingo- 1993)