REKIBLIK ETEKEWER VIII - POJOK CAKRUK PEMIKIRAN
Pemikiran Pojok Cakruk menggambarkan obrolan ringan yang biasa terjadi di pojok cakruk atau gardu-gardu ronda ketika sekolompok orang berkumpul dan bersosialisasi. Pemikiran pojok cakruk terkadang membuahkan pemikiran-pemikiran bermanfaat dan bagus sebagai hasil pojok cakruk pemikiran masing-masing kepala dari orang-orang yang terlibat dalam obrolan.
Mbah niki wedang teh paitipun, tasih anget monggo dipun unjuk... (mbah ini minuman teh paitnya, masih hangat silahkan diminum), yo ngger (panggilan kesayangan untuk anak/cucu laki-laki jawa) selehke neng cedak capinge simbah kono ben rodho adhem ndisik (taruh dekat capingnya simbah disitu biar agak dingin dulu). Simbah terlihat mengipas-ngipaskan kaosnya sambil istirahat di bawah pohon nagka samping rumah. Ngger opo ra latihan poli (volley), mboten mbah, rencang-rencang katah ingkang sami dereng wangsul (nggak mbah, teman-teman banyak yang belum pada pulang), ooo...(simbah menyahut).
Ngger selama ini kira-kira kamu sadar nggak kalau manusia itu diberi anugrah yang sangat berharga oleh Gusti Allah, waah apa itu mbah yang dimaksud simbah, si cucu balik bertanya sambil beringsut duduk mendekati simbah. Penyakitmu kui lho ngger (penyakitmu itu lho ngger) kalau ditanya kok malah mbales nanya, he...he...he... lha daripada nanti dijawab ternyata tidak sesuai dengan yang simbah maksud khan malah jadi waton njeplak tho mbah (asal ngomong) sahut si cucu. He...he...he...bener juga yo ngger, tapi khan paling tidak mencoba berpikir dulu, jangan terus langsung nanya tanpa mikir dulu, karena itu menyia-nyiakan anugrah yang simbah maksud diantaranya.
Sejak dilahirkan manusia sudah diberi anugrah sangat berharga oleh Gusti Allah, diantaranya seperti otak di dalam tengkorak kepala kita. Sehingga tidak peduli semiskin apapun, karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri otak kita dan pikiran kita. Apa yang kita pikirkan dalam otak kita jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan bener ra ngger... inggih mbah leres (benar)... ”wach simbah belum dengar nich otaknya Jacko diambil & diedel-edel untuk diteliti, tapi ini diluar konteks maksud simbah, bathin si cucu”.
Diberi anugrah sepasang mata di wajah, agar kita sadar tidak boleh selalu melihat ke belakang, tetapi pandanglah kedepan, pandanglah masa depan. Meski demikian tidak boleh begitu saja melupakan apa yang terjadi di masa lalu sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan langkah kedepan.
Diberi angugrah sepasang telinga di kanan kiri, supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua buah sisi, untuk keseimbangan. Agar bisa mengumpulkan pujian dan kritik dan menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah, untuk digunakan sebagai bekal dalam berpikir dan bertindak, ojo gelem pujiane ra gelem kritikane (jangan Cuma mau pujiannya tidak mau kritikannya), itu namanya adigang adigung, dumeh.....
Diberi anugrah sebuah mulut, artinya harus lebih mendengar dan melihat lebih banyak daripada berbicara. Berhati-hatilah dengan apa yang kita ucapkan, ucapan yang menyakitkan sangat sulit ditarik kembali. Bicara yang perlu tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya, jangan asal bicara karena itu sama saja istilahnya dengan waton njeplak kakehan contong asal njeplak (kebanyakan omong tapi ngawur). Membiasakan diri berbicara yang baik-baik akan membuahkan kedamaian bagi siapa saja.
Diberi anugrah satu hati, mengingatkan kita pada penghargaan, pemberian
cinta dan ketulusan, diharapkan berasal dan keluar dari hati yang paling dalam
tersebut. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi
jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita
mencintai dia, sebab jika demikian kamu akan menjadikan hal tersebut ibarat dagang
yang menghitung untung rugi, lha kalau sudah begitu tanpa makna namanya ngger.
Mencintai dengan tulus tanpa pamrih balasan apapun itulah makna dan hakekat
cinta itu. Berilah cinta tanpa meminta balasan, niscaya akan menemukan cinta
yang jauh lebih indah, sebab cinta memiliki bahasa dan pergerakannya sendiri
yang hanya dapat dipahami oleh cinta itu sendiri. Lakukan semua itu secara empan papan, sehingga tidak terjadi gebyah uyah yang membuahkan centang prenang situasi.
Oleh sebab itu, jagalah anugrah yang diberikan itu agar tetap bening dan bermakna seperti adanya. Sering dan banyak orang baik secara sadar maupun tidak sadar mengotori anugrah itu, dengan alasan ataupun dalih penghargaan, kesuksesan, kehormatan dan sebagainya. Padahal dalam kehidupan ini banyak contoh mudah bisa dilihat tanpa mengotori anugrah tersebut diantaranya :
Memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik. Menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif yang baik. Memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu untuk tidak marah-marah (bagi perempuan khususnya). Menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat. Sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja. Sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah alias nggragas dan memiliki secukupnya saja.
Ngger kalau manusia itu hidup dengan menjaga hati, otak, mata, telinga dan mulut sesuai dengan makna dan hakekat yang Gusti Allah berikan, nggak akan terjadi yang namanya TKW ditelantarkan sampai hidup di kolong jembatan di negri orang, ataupun disiksa oleh manusia yang berstatus majikan, kasak-kusuk dan intrik mengelola kawulo negri dan sebagainya, mereka harus belajar menjadi beradab. Apalagi jika di tambah Iman yang baik, bakalan setan nggak punya bolo di dunia ngger....
Wach mbah... kalau semua orang sudah seperti yang simbah maksud, lha terus bolone iblis, setan lan seceesnya siapa mbah?... lha terus neraka statusnya dipailit atau bangkrut mbah, he...he...he... Ternyata pikiranmu mletik juga ngger, memang tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi paling tidak berusaha untuk tetap memegang makna dan hakekat anugrah itu, dengan demikian sudah sangat berarti bagi kehidupan ini. Lha perkara bolonya iblis dan setan wong banyak manusia justru lebih memilih jadi bolonya je... dibandingkan jadi anaknya Gusti Allah, buktinya lihat tuch banyak orang yang lebih memilih jalan pintas untuk meraih tujuannya, tidak peduli dengan nilai-nilai caranya, ya tho?...
Di dunia ini sebrek-abrek orang pinter ngger, namun sangat minim orang mengerti. Lha orang pinter itu sukanya minteri dan ngapusi jee... Negrine kancamu Rekiblik Etekewer itu bisa dijadikan koco benggolo, nggak usah jauh-jauh. Pemikiran Pojok Cakruk secara sederhana yang muncul dari pojok cakruk pemikiran kepala-kepala di cakruk-cakruk ronda terlepas dari segala macam bentuk tolok ukur teoritis, yang penting semua itu merupakan sebuah pengayaan khasanah peradaban manusia. Dah yo waktunya makan, nanti dicariin sama simbah putri, kalau sudah makan dilanjut lagi obrolannya, monggo mbah dalem nderekaken....