Bersama Sukses

pengetahuan rakyat adalah kekayaan bangsa yang tak ternilai

header photo

 

Semangat Para Pahlawan

REKIBLIK ETEKEWER XXI – SEMANGAT PARA  PAHLAWAN 10  NOVEMBER

Hidup atau mati...serbuuu... Merdeka !!!... Merdeka !!!!... rawe-rawe rantas malang-malang putung.... Simbah kalau dengar teriakan arek-arek Suroboyo itu, jadi ingat jaman ketika jiwa raga tidak tabu untuk dikorbankan Ngger. Jaman ketika harkat dan martabat diri di rampas bangsa asing, untuk mendapatkannya kembali harus melalui sebuah perjuangan hebat, sangat kental dengan semangat yang heroik. Semangat 10 November yang menjiwai Semangat Para Pahlawan 10 November. Sebuah perlawanan yang tidak mengenal rasa takut, rawe-rawe rantas malang-malang putung merupakan aminnya martabat dan harga diri, jati diri bangsa yang pantang mengemis harkat dan martabat.

Kalau berdasarkan berbagai sumber sejarah, padahal waktu itu dari segala sisi persenjataan kita kalah canggih dan hebat tetapi mampu memenangkan kancah pertarungan sengit waktu itu, kok bisa ya Mbah... He...he...he... jangan salah Ngger, musuh boleh memiliki persenjataan hebat dan canggih tetapi ada hal yang jauh lebih hebat dari itu yang tidak mereka miliki. Kedaulatan martabat dan harga diri sebuah negri yang diinjak-injak telah menumbuhsuburkan suatu semangat rela berkorban, pantang menyerah, berani pasang badan jiwa raga untuk bumi pertiwi, tidak tabu berkalang tanah sekalipun, harga diri dan martabat. Hal-hal itulah diantaranya yang tidak mereka miliki, menyatu dalam segenap tarikan nafas para pejuang dan rakyat yang saling bahu membahu, merupakan potret para pahlawan yang pernah dimiliki negri ini, dan mencapai puncaknya di suatu hari tanggal 10 November sekian puluh tahun yang lalu.

Kalau sekarang jamannya sudah beda Mbah, tidak bisa disamakan seperti waktu itu, khan sekarang sudah jaman merdeka, bangsa asing sudah tidak menjajah, semangat waktu itu mungkin hanya tinggal cerita sejarah saja Mbah. Lha pikiran-pikiran yang seperti ini yang berbahaya. Lho berbahaya bagaimana tho Mbah, khan kenyataannya memang demikian. Ya kalau secara letter lux saklek memang beda Ngger, tapi coba kamu telaah lebih dalam, akan menemukan hal yang sama nanti kamu. Coba kalau kamu lihat dari sisi konteks tantangan.. ntar Mbah... apa itu tadi... tadi yang mana tho Ngger... yang itu tadi lho kata sebelum tantangan, ooo konteks tho, memangnya kenapa... wwwuuiikkk Simbah mulai ngasanah (mengeluarkan kasanah kata maksudnya), lho Simbah juga punya hak menggunakannya lho Ngger, memangnya cuma kamu saja... he..he..he... Simbah gitu aja marah... marah...

Haaeesss...sudah kembali ke hal tadi, kalau dilihat dari sisi konteks tantangan, yang berbeda itu hanya bentuknya Ngger, tapi essensinya sama tentunya dalam hal menyikapi harusnya sama to. Kalau dulu dijajah oleh bangsa asing, apa sekarang sudah tidak terjajah?... Piye nek menurutmu (bagaimana menurutmu) tanya Simbah melanjutkan. Ya... ya.. (cucunya sambil garuk-garuk kepala tanda berpikir), ya piye tho... ngono wae kok lelet lho (ya bagaimana tho, gitu aja kok lambat lho) seraya mendesak cucunya. Ya masih sich Mbah, tapi dalam bentuk berbeda. Khan bener tho apa yang Simbah katakan?... Sekarangpun masih terjajah secara ekonomi, hak-hak dasar rakyat, rasa keadilan, apalagi itu yang namanya korupsi dan sebagainya, bener khan?...

Jika para pahlawan dulu berjuang ibarat melawan dinosaurus yang ganas dan menakutkan saja berani pasang badan dan jiwa raga untuk berkorban dengan pantang menyerah, lha masa sekarang cuma melawan buaya tidak berani?... sudah jelas-jelas yang namanya buaya itu nggragas (rakus), opo wae diuntal (apa saja dimakan), ada buaya nggragas ngusak-asik cicak kok kepala rumahnya diam saja. Cicak itu khan justru bermanfaat memakani nyamuk-nyamuk yang sukanya menghisapi darah tho Ngger, tentunya sebagai kepala keluarga harus berterimakasih karena rumahnya akan bersih dari nyamuk. Ketika nyamuk sedang diancam dan mau dibasmi sama buaya kok ya kepala keluarganya diam saja tho?... lha nanti kalau cicaknya habis terus nyamuknya jadi berkembang biak semakin banyak, khan yang rugi ya kepala keluarga dan seisi anggota keluarganya juga tho?... Mbok ya bertindak dengan tegas sebagai pemimpin rumah, lha kok malah beretorika fungsi dan tugas sesuai ranah hukum, lha wong hukumnya saja selalu digadaikan kok, kalau tidak berani dengan suatu resiko ya tidak usah jadi pemimpin. Padahal demi rumah yang terbebas dari nyamuk-nyamuk penghisap darah keluarga lho. Ujung-ujungnya malah kaya cerita sinetron yang berjudul ”pura-pura konsisten” he...he...he....

Masalah ekonomi, kesejahteraan, kebodohan, kemiskinan, keadilan, korupsi dan sebagainya merupakan contoh-contoh tantangan utama masa kini yang membutuhkan suatu semangat kesatupaduan untuk menghadapinya, hendaknya diletakkan sebagai suatu langkah pertama mengapa. Masalah-masalah tidak cukup hanya menggantungkan pada pemerintahan saja untuk menyelesaikan, harus segenap lapisan dan komponen negri. Tugas para pemimpin untuk memobilisasi, melakukan terobosan dan menjadi fasilitator aktif. Semangat para pahlawan 10 November hendaknya menjadi landasan guna merebut kemenangan dari masalah dan tantangan yang dihadapi, kemenangan bagi segenap lapisan, sehingga merdeka itu benar-benar dimaknai dengan merdeka yang sebenarnya, merdeka dari ketertindasan ekonomi, kebodohan, kemiskinan, korupsi dan sebagainya. Kuncinya semangat kemauan para pemimpin untuk sungguh-sungguh mengabdi bagi segenap rakyat negri.

Semoga semangat hari pahlawan 10 November tidak sekedar menjadi catatan tulisan sejarah semata, melainkan terejawantah dalam bentuk nyata dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi segenap tumpah darah negri. Tantangan mendatang tidak lebih ringan dibandingkan saat ini, dibutuhkan satu gerakan kesatupaduan untuk menyikapi dan menghadapinya. Tanamkan semangat para pejuang dalam bertindak, dan ketulusan serta kesungguhan untuk mengabdi bagi negri, niscaya kemerdekaan yang sebenarnya siap menyongsong menyambut kehadiran negri tercinta bumi pertiwi ini.  Setidaknya melalui tulisan sederhana di blog saya ini, mengingatkan kembali pada semangat yang menyala-nyala dari para pejuang sebagai pahlawan kita dalam menyikapi dan menghadapi tantangan situasi sekarang dan hari depan, demi cita-cita bersama bangsa. Selamat memaknai Semangat Para Pahlawan 10 November.... rawe-rawe rantas malang-malang putung.... menuju masyarakat adil makmur dan sejahtera sesuai cita-cita pendirian bangsa.

Go Back



Comment