Bersama Sukses

pengetahuan rakyat adalah kekayaan bangsa yang tak ternilai

header photo

 

Nyanyian Badut

NYANYIAN BADUT  (SKETSA DUA  1994 )

Di liang-liang waktu bangkitlah riwayat, menyeruakkan wujud-wujud,
Mata-mata terkelupas rabun, nurani semakin nanar, tak jelas.
Saat matahari tersenyum tajam,
Menghunjam belukar hutan,
Aku berdiri di batas cakrawala,
Lukisi pelangi pada darah yang memekat

Saat waktu beralih rupa,
Hadirkan bulan memasang titian
Membangun getar direlung penyadaran
Di tengah embun berkabut tengadahkan kepala
Di ratapi berjuta mata bintang yang berdebat,
Tentang kejujuran, tentang moral, tentang kenyataan,
Tentang orang-orang saling sembunyikan bangkai,
Di antara topeng dan kata-kata, membangun ambisi dan syahwatnya sendiri,

Hati tak lagi telanjang, pelayanan katamu ?..
Subyek obyek celotehmu ?, perutku semakin mual saja !!!..
Cepat-cepat kuraba tubuhku dengan telapak bathin, dan
Bertanya pada alam raya,
Tentang hakekat yang kabur dalam debu-debu jaman

Sosok-sosok baru telah tumbuh, di atas tanah-tanah waktu
Mekarkan cermin-cermin busuk,
Munafik merebak kemana-mana, kotori sumpah janji suci,
Dalam pengingkaran dan keangkuhan,
Semburkan kata-kata bak menggapai langit, namun lupa berpijak..

Esok bila waktu berganti peran
Aku masih setia berdiri di pucuk khatulistiwa,
Menata sisa-sisa makna pelayanan yang terberai,
Dalam serpihan-serpihan berdebu
Setia bergerak ke muara doa-doa, berteriak meski parau dan nyeri
Bangkitlah saudara-saudaraku, usaikan mimpimu, hari telah ujur... Apalagi ???...
  --&2y--

Go Back

Comment