SKETSA ENAM
Ketika orang berlomba tarikan topeng,
Mengejek sukma-sukma lugu, pelayanan telah kehilangan gardu
Ketika orang saling mencerca, kemanakah arah pelayanan khan dibawa ?
Ketika orang saling tuding pembenaran, dimanakah TUHAN ditempatkan ?
Jiwa-jiwa rapuh kehilangan bentuk, jejakkan kaki-kaki angkuh. Pengorbanan terjerambab di teras kata-kata. Apa jadinya ketika gerakan kehilangan nafas, dan pelayanan pantang berkorban ? ??.....Tak lebih sekedar bendera pajangan
Dunia kian
sempit, pelayanan semakin terjepit
Masih pada siapakah tanggung jawab dilekatkan ? Lalu siapakah kita di mata sang Pencipta ?
Hati adalah
wujud bait-bait, Menjadi rumah bayang-bayang, taman bercanda para bangkai Manusia terbahak-bahak merajut binasa Mengapa tak kita buat siang penuh kasih, pada mereka yang tertatih ?
Mengapa tak kita buat malam penuh sujud, bukan nafsu badut-badut,
Dalam rupa-rupa cantik yang busuk dan ambisi babi-babi berdasi,
Tersembunyi dalam jubah-jubah pengagungan diri
Mengapa tak ditutup dan hentikan saja, dan
Bergegas mengurai bathin ?..
Lentera masih tergantung di syair makna sunyi,
Di gubuk hati, pelayanan terbarkan embun.
Mestinya manusia menjadi diri sejati, tegakkan nurani
Kibarkan firman pada panji-panji nadi dan pilar bakti suci,
Lembut mengalir dalam getar doa-doa embun
Hakekat tak sekedar kata,
Memahami bukan sekedar apa dan mengapa
Adalah penyerahan diri adanya-&2y-