PARADIGMA BERTANI “THE ROOT FARMING” BAGIAN KE I
Dalam tulisan PARADIGMA BERTANI “THE ROOT FARMING” BAGIAN KE I ini, saya mencoba sedikit mengurai apa dan bagaimana yang dimaksud dengan judul di atas. Bertani termaktub makna interaksi yang bersifat aktif. Interaksi aktif hanya dapat terjadi antar mahluk hidup sehingga akan terjadi suatu hubungan timbal balik. Dalam bertani tentu yang diharapkan adalah hubungan timbal balik yang saling mendukung dan menguntungkan, khususnya antara petani sebagai si pelaku, tanaman sebagai obyek yang dikelola dan tanah sebagai media letak yang dikelola.
Tehnologi berkembang semakin pesat, laju perkembangan tehnologi yang cepat turut berkontribusi pada perkembangan pertanian. Tehnologi mampu memberikan dampak positif pada produktifitas pertanian, namun di sisi lain tehnologi juga memberi efek negatif jika tidak tepat dalam penerapannya. Pemberian pupuk, dosis penggunaan obat-obatan, inputan biologi dan sebagainya merupakan beberapa contoh produk hasil perkembangan tehnologi.
Tidak dipungkiri bahwa akibat perkembangan tehnologi yang pesat menimbulkan kegagapan khususnya dalam implementasi, terutama oleh para petani. Seperti diketahui bahwa sebagian besar para petani tradisional memiliki budaya mencontoh atau bisa dikatakan ikut-ikutan. Jika ada teman petani lain yang mengintroduksi tehnologi tertentu dan hasilnya baik maka yang lain akan ikut-ikutan tanpa terlebih dahulu mencoba memahami dengan sadar, ironisnya hal inipun menjangkiti sebagian para praktisi pertanian yang notabene jebolan pendidikan yang lebih tinggi, tanpa terlebih dahulu melakukan pengkajian secara rasional. Pola budaya seperti ini memiliki kelebihan sekaligus kelemahan. Kelebihannya jika tehnologi yang diterapkan tepat dan sesuai kebutuhan terutama peningkatan produksi tentu hal ini akan berdampak positif, dimana akan terjadi percepatan waktu dalam perbaikan menuju keadaan yang lebih baik atau menguntungkan. Sisi lain pola di atas juga akan berefek buruk jika tehnologi yang diterapkan tersebut tidak tepat sehingga akan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, bahkan dapat merusak tanah dalam jangka panjang terutama faktor kesuburan tanah atau keseimbangan kesuburan tanah.
Tolok ukur praktis untuk mengatakan tanah tersebut subur atau tidak adalah dengan melihat hubungan tanah tersebut dengan tanaman. Tanah yang subur akan mampu membuat produktifitas tanaman tinggi. Bagaimana membuat produktifitas tanaman bisa tinggi?... kita lanjutkan dalam tulisan lanjutannya di PARADIGMA BERTANI “THE ROOT FARMING” BAGIAN KE 2 ya gan... he he he kaya cerita silat bersambung aja nich. Maaf agan-agan, maklum ini perut sudah mulai bermain musik sebagai nada panggil untuk diisi...ok agan-agan... eeiitt tapi sebelumnya saya ingatkan dan segarkan lagi gan, jangan lupa ya gunakan produk-produk dalam negri buatan anak-anak negri sendiri, ok gan..siiiiplah